Teladan mantan gub.

pilkada DKI 2012 bagaimanapun  adalah contoh dan pusat perhatian maklum jakarta adalah ibukota negara dengan sejuta persoalan. Saya pun dari indonesia timur intens untuk membaca, mengupdate dan mencari informasi tentang pemilukada jakarta ini, meski kalau dipikir apa juga ya manfaatnya bagi saya. namanya pemilihan apapun itu pasti penuh dengan lika liku, dinamika, suka dan duka, senang dan susah, bahkan mungkin banyak cara dipakai untuk menang apalagi energi , waktu, dana, pikiran dan segalanya terkuras sampai putaran ke-2.  banyak sisi dalam pemilukada ini , saya hanya melihat satu sisi saja yaitu hasil akhir dimana pasangan nomor 3 menjadi pemenang dan itulah pemilih cerdas, pemilih yang rasional menentukan bukan partai  apalagi figur yang bersih dan berwibawa serta track record baik menjadi alasan  tertinggi masyarakat menetukan pilihan. Luar biasa mantan gubernur yang mengakui kekalahan, tegar kalah ya kalah, karena lepas dari permasalahan dan pelanggaran pemilukada secara umum pelaksanaan sukses. Padahal katanya mantan gub, ini saya baca sering emosional, mukanya jarang senyum tapi ternyata bisa berbesar hati juga. Mantan gubernur ini bahkan langsung mengucapkan selamat kepada pemenang beberapa jam saat ouick qount diumumkan. Tidak perlu gugatan segala macam, meski emang pasti ada ada saja pendukungnya yang mungkin berpendapat lanjutkan ke MK, tapi sikap kenegarawanan tampil pada diri mantan gubernur ini. Berani mengakui kekalahan dan mendukung pemenang. Ia melakukan cara perpisahan dengan elegan. Bahkan ia mengundang sang pemenang untuk hadir di calon kantornya nanti disana calon incumbent tapi kalah malah menjadi tour guide bagi sang pemenang, memperkenalkan secara garis besar keadaan dan personil kantornya. mudah mudahan ini bukan lips service, atau retorika tapi mudah mudahan ini menjadi contoh bagi kita anak bangsa. Daripada ribut ribut, gugat sana gugat sini, masyarakat jadi susah, masyarakat terkotak kotak dan pembangunan tidak jalan maksimal karena dendam. Ujung ujung dari perselisihan adalah masyarakat yang jadi  korban. Kepentingan umum harus menjadi patokan dan utama daripada kepentingan pribadi apalagi golongan. Dulunya terjadi perbedaan pendapat dengan wakilnya , sampai sampai di lapor ke KPK oleh wakilnya, tapi heran kok bisa duduk sama sama, berdekatan dengan sang pemenang didepan jajaran pns kantor gub. Ini contoh yang baik. Yang sudah terjadi ya terjadilah menjadi cerita dan pengalaman, sekarang fokus saja untuk kedepan menata ibukota negara. Kebesaran seorang pemimpin bukan dilihat dari kekayaan dan prestasinya tapi dilihat dari cara dia bertindak meski hal yang kecil. Kalau fondasi awal sudah rekonsiliasi begini mudah aja bagi pemimpin baru lanjutkan yang baik dan jkwi ahk pasti mampu, warga terlalu berharap dan kerja keras untuk membuktikan visi dan misi jkta lebih baik . Ditunggu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32