Langsung ke konten utama

BELAJAR MENERIMA KEKALAHAN, SIKAP NEGARAWAN SEJATI


Sungguh sangat beruntung selama ini seingat saya tak sekalipun saya menulis atau membuat komentar tak proporsional tentang mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo.Walaupun dalam hati kadang timbul rasa kurang simpatik dengan gaya dan penampilannya yang kadang terkesan arogan di depan media. Tatapan mata yang tajam, kumis yang melintang, nada bicara yang lantang dan gerakan telunjuknya yang suka menuding seenaknya. Sikap-sikap yang dalam bahasa Jawa cukup digambarkan dengan satu kata ulang: “PETENTANG-PETENTENG”.
Tapi saya sama sekali tak menduga bahwa ternyata di balik semua itu Fauzi Bowo memiliki sportifitas yang luar biasa . Mengakui kekalahan walaupun penghitungan suara baru berdasarkan quick count adalah sebuah sikap elegan yang menunjukkan betapa dia begitu menghargai ilmu pengetahuan. Seingat saya tak ada orang lain yang pernah melakukan ini. Tak juga para mantan presiden kita sekalipun. Apalagi jika mempertimbangkan bahwa persaingan yang berlangsung sebelumnya sedemikian sengitnya hingga resonansinya terasa sampai ke segala penjuru tanah air bahkan melibatkan warga negara Indonesia yang berada di manca negara.
Pemandangan Foke tampil dan berbicara di televisi ketika mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada pesaingnya sungguh tidak kalah hebat dengan saat Jokowi meminta para pendukungnya segera pulang ke rumah masing-masing dan tidak terjebak kepada euphoria kemenangan berlebihan.
Rupanya pembawaan Foke yang terkesan kereng selama ini adalah gawan bayi (bawaan lahir) dan bukan merupakan sebuah perlambang dari sebuah sikap arogan. Sikap legowo dan sportif yang ditunjukkannya seolah mencuci bersih segala yang terjadi selama masa-masa pilkada berlangsung.
Sungguh pilkada DKI tidak akan menjadi sebuah peristiwa pesta demokrasi paling fenomenal di tanah air tanpa keputusan Anda untuk menerima kekalahan. Sikap Anda telah menyempurnakan semuanya.
Jika Jokowi telah menunjukkan contoh paling hebat bagaimana cara memenangkan sebuah pilkada dengan merebut hati rakyat, maka Andalah contoh terhebat tentang bagaimana seharusnya seseorang menerima sebuah kekalahan.
Selamat Pak Foke ! Saya angkat topi untuk semua yang telah Anda lakukan …
Semoga para pemimpin yang lain mampu meneladani sikap yang diambil kedua tokoh bangsa ini …

.................................................................................................................................................................

Sikap Foke menjadi teladan bagi pemilihan gubernur di provinsi lain karena membantu kelancaran proses suksesi. 

Warga Jakarta juga dinilai cerdas dan dewasa dalam berpolitik sehingga membantu kelancaran dan ketertiban proses pilkada.

Keputusan Fauzi Bowo untuk tidak mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pemilukada DKI 2012 bisa menjadi teladan bagi pemilihan gubernur di provinsi-provinsi lain karena sangat membantu kelancaran proses suksesi yang sangat penting untuk menjaga kelancaran pemerintahan di daerah.

Selain itu, sikap Fauzi menunjukkan jiwa besar untuk menerima kekalahan dan menepati janjinya di masa kampanye bahwa dia dan pasangannya Nachrowi Ramli siap kalah atau siap tidak terpilih dengan damai, demikian diungkapkan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ibramsyah.

“Ini merupakan sikap negarawan. Karena negarawan memiliki jiwa kepemimpinan yang menghargai keputusan yang tidak menguntungkan dirinya dengan lapang dada. Jiwa kepemimpinan yang dimiliki Foke dengan tidak mengajukan gugatan ke MK, menerima hasil pemilukada dengan baik, harus dihargai sangat tinggi. Karena dia mengakui kekalahan. Jarang ada pemimpin yang seperti ini,” kata Ibramsyah dalam perbincangan dengan Beritasatu.com di Jakarta, Rabu (3/10) malam.

Selain itu, Foke bersama dengan tim suksesnya sebetulnya memang menemukan pelanggaran dalam penyelenggaraan pemilukada, namun pelanggaran tersebut dinilai tidak bersifat masif dan tidak memiliki substansi mendasar dalam pelanggaran tersebut, sehingga mereka tidak mengajukan permohonan sengketa ke MK.

“Saya rasa, mereka juga berpikir pelanggaran yang ditemukan tidak bisa dikategorikan memiliki jenis pelanggaran substansi mendasar, tidak masif atau besar dan tidak prinsipil. Jadi dari pada kalah di MK dan mendapatkan malu, ya mendingan tidak mengajukan gugatan. Lebih baik menerima kekalahan dengan lapang dada,” ujarnya.

Terhadap penyelenggaraan Pemilukada DKI mulai dari putaran pertama hingga putaran kedua, Ibramsyah menegaskan proses pelaksanaan Pemilukada DKI sudah berjalan dengan sangat baik. Mulai dari penyelenggara pemilukada yaitu KPU Provinsi DKI Jakarta dan Panwaslu DKI Jakarta telah bekerja dengan baik. Begitu juga dengan masyarakat Jakarta sudah menjaga proses demokrasi di Jakarta dengan sangat luar biasa.

“KPU Provinsi DKI, Panwaslu DKI dan masyarakat sudah bekerja dengan luar biasa. Pemilukada DKI harus menjadi percontohan bagi pelaksanaan pemilukada di daerah lainnya. Karena berjalan tanpa konflik, tidak ada bakar-bakaran. Semuanya menerima hasil pemilukada dengan baik. Masyarakat Jakarta benar-benar sudah sangat cerdas dalam menjalankan pesta demokrasi lima tahunan ini,” tukasnya.

Tidak hanya itu, Ibramsyah melihat Pemilukada DKI Jakarta sudah dapat menjadi barometer dan cerminan terhadap jalannya pemilu presiden pada tahun 2014 mendatang. Sebab Kota Jakarta merupakan miniaturnya Indonesia, yakni memiliki heterogen dan pluralisme yang sangat tinggi namun berhasil menjalankan pemilukada dengan damai, aman, tentram, jujur, adil dan bersih.

Terkait dengan pelantikan pasangan nomor urut 3 Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Basuki) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI terpilih yang terancam tidak berjalan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan pada 7 Oktober, Ibramsyah menegaskan semuanya itu kembali berpulang pada kinerja Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), DPRD DKI dan Jokowi.

“Dengan tidak diajukan gugatan Pemilukada ke MK oleh Foke, berarti sudah memberikan peluang sebesar-besarnya dilakukan pelantikan tepat pada waktunya. Nah sekarang tinggal penyelesaian administrasi yang menjadi persyaratan sebagai gubernur dari Jokowi, Kemendagri mengeluarkan surat persetujuan pelantikan dan kesiapan DPRD DKI menggelar perhelatan pelantikan tersebut. Jadi sebenarnya sudah tidak ada masalah lagi lah,” tutupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32