1 Korintus 1 :10


        

1 Korintus 1



 Saudara, tidak ada seorang pun di dalam gereja yang menghendaki hadirnya perselisihan.  Setiap kita rindu untuk merasakan suasana damai.  Namun ketika perselisihan itu hadir, setiap orang cenderung tergoda untuk mencari kebenaran diri.  Kita menjadi begitu egois dan mau menang sendiri tanpa mau perduli perasaan orang yang sedang berselisih dengan kita.  Saat-saat seperti itu, kita butuh orang-orang yang memiliki kasih yang bisa menolong kita untuk melihat masalah dengan jernih dan mampu memberi keadilan sesuai dengan kebenaran Allah.  Namun hal ini tidak dilakukan oleh beberapa jemaat Korintus.
Bagi Paulus adanya saja perselisihan di antara mereka sudah merupakan kekalahan.  Itu artinya orang Korintus telah gagal mengatur komunitasnya untuk menjadi saksi Kristus bagi orang tidak percaya.  Seharusnya mereka menjadi teladan bagi orang tidak percaya, dimana orang tidak percaya bisa melihat suatu komunitas yang saling mengasihi dan bebas dari semangat persaingan, sikap mementingkan dan mencari keuntungan sendiri, dan mau menang sendiri.  Akan tetapi justru dalam jemaat Korintus, mereka saling melukai dan menindas, mereka memilih pengadilan orang kafir untuk menjadi hakim bagi mereka.  Mereka gagal bersaksi, baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas orang-orang percaya untuk hidup saling mengasihi satu sama lain.
Di antara mereka telah berlaku tidak adil dan membebankan sesamanya.  Mereka membuat sakit hati saudaranya sendiri dengan menjadikan mereka objek pemerasan dan ketidakadilan.  Paulus sadar pengaruh dari pengadilan terhadap komunitas jemaat Korintus saat itu.  Perkara-perkara hukum telah menumbuhkan sikap cemburu, iri hati, marah, dan kebencian yang sekarang mengancam keberadaan persekutuan Gereja.  Ada dua isu yang muncul ke permukaan dalam teks ini.  Pertama, konsep Christian Fellowship tidak ada dalam semangat pengadilan Korintus.  Bagaimana mungkin seorang Kristen masih bisa memanggil anggota yang lain sebagai saudara dalam Kristus jika dia telah terluka secara moral, emosional, dan financial dalam sebuah perkara hukum?  Kurangnya kasih dan kehadiran kebencian tidak akan memungkinkan hadirnya persekutuan Kristen.  Ketika yang satu melawan yang lain maka kesatuan tubuh akan terpecah.  Kedua, bagi Paulus, kelakuan orang Korintus secara menyeluruh berbeda dengan prinsip Kristiani.  Orang Kristen memecahkan perselisihan dan perbedaan mereka melalui mediasi, lebih mengarahkan kepada kesejahteraan komunitas, dan bersama-sama mengupayakan kesaksian yang benar bagi dunia.  Jemaat Korintus bukan hanya tidak sedia untuk menderita ketidakadilan, namun mereka malah aktif melakukan ketidakadilan dan menipu sesamanya.
Paulus sangat sadar akan bahaya perselisihan yang terjadi dalam jemaat Tuhan.  Ia tahu betul bahwa keinginan yang egois, kepentingan pribadi, dan sikap pilih kasih dapat menimbulkan malapetaka bagi kehidupan bergereja.  Untuk itu dalam suratnya kepada jemaat Efesus, yakni Ef. 4:1-6, ia menjelaskan tentang pentingnya kesatuan tujuan bergereja yang dapat membantu jemaat mengatasi berbagai perselisihan yang ada tanpa harus mengakibatkan perpecahan.  Demikian juga dengan Rasul Petrus.  Dalam 1 Petrus 3: 8-9 ia begitu menekankan tentang kasih dan perdamaian yang harus hadir dalam kehidupan umat percaya, termasuk dalam menghadapi perselisihan yang ada.
Saudara, Yesus dalam hidup-Nya telah rela mengorbankan nyawanya bagi kita supaya kita yang berdosa diperdamaikan dengan Allah.  Kita yang seharusnya beroleh hukuman oleh karena dosa , diselamatkan oleh pengorbanan-Nya yang agung di kayu salib.  Yesus menghendaki kita meneladani hidup-Nya.  Ia ingin kita hidup berdamai satu dengan yang lain, saling mengasihi, dan rela berkorban untuk kepentingan orang lain bagi kemuliaan Tuhan.  Seperti Dia yang telah mengampuni dosa, demikian juga jemaatnya harus mau mengampuni orang lain dan mau menyelesaikan perselisihan dengan kasih.  Kasih yang Yesus ajarkan adalah kasih yang berkorban, dimana dengan kasih itu orang percaya sanggup memberi keadilan untuk setiap penyelesaian perselisihan yang ada.
Saudara, siapa diantara kita yang tidak mengenal “garam”? banyak makanan supaya enak harus emmakai garam.  Tapi bagaimana bila unsur garam dihilangkan dari makanan tersebut? , apakah kita akan tetap memakannya?  Tentu tidak karena  Ada suatu elemen yang penting yang dihilangkan dalam makanan tersebut yang membuat makanan itu tidak lagi bernilai.
Demikian juga dengan penyelesaian perselisihan yang tidak disertai dengan kasih, pasti hambar dan tidak mungkin memenuhi keadilan bagi semua pihak.  Selalu ada pihak yang diuntungkan dan disisi lain merasa dirugikan.  Sesungguhnya keadilan yang demikian tidaklah bernilai di mata Tuhan.  Kasih Allah adalah kasih yang murni, yang memampukan orang percaya untuk melihat keadilan dari sudut pandang Allah.  Kasih yang demikian harus ada dalam setiap penyelesaian perselisihan agar semua kita didorong dengan semangat persaudaraan mau menunjukkan keadilan bagi semua pihak yang bertikai.  Kasih yang mengajarkan orang percaya untuk mendahulukan orang lain, mencintai keadilan, dan rela menderita bagi saudaranya.  Dunia tidak mengenal kasih yang demikian.  Saudara dengan kasih orang percaya mampu menyelesaikan perselisihan

            Saudara, setiap perselisihan dalam jemaat harus dihadapi dan harus diserahkan untuk diselesaikan bersama orang percaya, karena orang percaya sanggup untuk menyelesaikan perselisihan  dan orang percaya memiliki kasih yang menjadi dasar untuk memberi keadilan bagi setiap penyelesaian perselisihan yang ada.
Saudara, jikalau saudara memiliki perselisihan dengan saudara seiman yang lain, maukah saudara menyelesaikannya dengan menyerahkan perselisihan tersebut kepada sesama orang percaya?  Marilah dengan rendah hati kita menyelesaikan perselisihan kita dengan membawanya kepada sesama orang percaya.  Marilah hidup berdamai satu dengan yang lain.  Dengan lebih mengutamakan kesatuan tubuh Kristus, mari kita menghindarkan perpecahan.  Selesaikanlah setiap perselisihan yang ada bersama dengan orang percaya dan kenakanlah kasih yang rela berkorban sebagai pengikat yang mempersatukan dan memperdamaikan.  Percayalah, di dalam kasih dan penyertaan-Nya, hati saudara akan dipulihkan dan damai sejahtera Allah akan memenuhi hati kita dan dengan demikian kita dapat hidup selaras dengan kehendak Tuhan.  Kiranya Roh Kudus memampukan setiap kita.
 dari tulisan  Renold Afrianto Oloan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32