" Menulis sebagai wadah untuk mencurahkan pikiran, ide ide , gagasan, konsep , pengalaman dan segalanya tentang perjalanan di kehidupan yang hanyalah tititpan dan anugerahNya, mengapa kita mempeributkan yang sia sia dan menjauh dari yang kekal. Semuanya hanyalah sandiwara dan semuanya hanyalah sementara."


Berjuang untuk rakyat memang bukan hanya slogan untuk menarik simpati tapi tidak pernah benar benar dilakukan dalam perjuangan kehidupan.
Sebagai pemimpin dibutuhkan kecerdasan berpikir dan bertindak dalam banyak hal. Satu hal yang pasti pemimpin haruslah berpikir untuk orang lain dan sedapat mungkin menjauh dari kepentingan diri.
Godaan sebagai pemimpin semakin besar berdasarkan level kepemimpinan. Pohon semakin tinggi akan semakin banyak cobaan lewat angin , pohon yang kuat akan bertahan dan pohon yang lemah akan tumbang.
\Hari ini saya berbincang dengan seorang kepala desa yang orangnya baik menurut saya karena ia berpikir banyak untuk masyarakatnya, berpikir untuk bagaimana desanya maju dan masyarakatnya sejahtera. Selalu ingin bertanya , bertanya dan bertanya meski agak bosan juga karena sudah diberi jawaban dan petunjuk masih kembali lagi ke pertanyaan awal. Akibatnya percakapan terputar putar. Kadang juga kepala desa ini mempersalahkan kenyataan yang terjadi tetapi tidak mencari solusi terhadap persoalan yang terjadi. Banyak kali ragu ragu untuk mengambil keputusan padahal padanya ada kewenangan. Sudah diberikan jalan dan petunjuk tapi ragu ragu atau  tidak dilaksanakan. Ya begitulah,
Saya belajar pemimpin harus tegas , taat pada aturan dan mati matian untuk kebenaran , untuk harkat dan martabat orang lain, untuk yang dipimpinnya, gigih, tidak putus asa dan pantang menyerah dalam memperjuangkan aspirasi masyarakatnya. Kalau untuk kebenaran mengapa kita harus takut, gentar dan cemas.Kalau ada dasar dan alasan yang jelas terhadap perjuangan kita untuk kepentingan orang banyak maka maju terus meski sulit , ada tantangan, sepertinya jalan tertutup tapi lebih baik berusaha daripada diam tidak dapat berbuat apa apa.  Kita harus takut, gentar dan cemas bila kita bekerja untuk diri kita sendiri dan menyimpang dari kebenaran.
Ada sebuah perusahaan besar yang mengadakan eksplorasi alam di wilayah kecamatan. Perusahaan ini kuat karena plat merah. Eksplorasi ini tentu ada dampak baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif seperti hasil eksplorasi tetapi juga dampak negatif berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan. Namanya perusahaan yang besar maka dia memiliki sumber daya untuk mewujudkan keinginannya. Tetapi sekarang aspirasi masyarakat harus didengar, tidak lagi seperti dulu namanya untuk kepentingan perusahaan negara masyarakat harus setuju. Sekarang ini HAM memang menjadi isu penting, termasuk dalam eksplorasi alam. Perusahaan besar memiliki strategi supaya keinginannya terwujud, termasuk kucuran dana dan apa yang disebut CSR . CSR dalam pengamatan saya adalah salah satu cara untuk membujuk masyarakat supaya setuju dan mendukung eksplorasi.  Pemerintah dan masyarakat desa  sekuat apapun menolak eksplorasi ya tidak berdaya juga . Itu fakta yang saya lihat. Lebih bahaya lagi dengan beberapa orang yang mensusupi kepentingan pribadi, bermain dalam air keruh dan masyarakat jadi korban. Saya melihat pemimpin yang tidak tegas terhadap aspirasi masyarakat yang tertuang dalam hasil rapat yang menolak namun entah kenapa ketika kepala desa ini " dibujuk" maka hasil keputusan rapat menolak menjadi setuju. Iming iming tanah yang dibeli oleh perusahaan dengan harga melambung tinggi sudah pasti godaan ini tidak bisa ditampik oleh pemilik tanah yang hanya masyarakat biasa. Kalau tanah ini sudah dijual kepada perusahaan ya tidak ada cerita lagi dan percuma menolak eksplorasi. Seharusnya memang menghadapi fenomena ini harus ada kekompakan, berjuang sendiri sangat lemah tapi berjuang bersama kuat. Ya sudahlah eksplorasi tetap jalan dengan Izin yang lengkap dan amdal yang mumpuni , meski tetap ada resiko kegagalan karena kita hanya manusia. Selanjutnya pemerintah dan masyarakat mulai menuntut kontribusi dari perusahaan , saya melihat muncul juga oknum oknum yang bersuara kritis berjuang atas nama masyarakat menuntut kontribusi kepada masyarakat tapi sayangnya dibalik itu ada motivasi untuk pribadi. Perjuangan menuntut hak masih secara sporadis, tembak sana tembak sini yang lebih banyak mengakibatkan peluru nyasar. Tidak ada kebersamaan dalam perjuangan, lebih suka berjuang sendiri sendiri, berjuang untuk kepentingan sendiri, berjuang untuk desa sendiri, desa lain emang gue pikirin, kalau sudah begini gampang sekali masyarakat akan diatur / distel oleh perusahaan. Bahkan saya dengan sendiri bagaimana staf perusahaan mengadu domba antar kepala desa hanya karena salah satu bantuan. Staf ini akhirnya minta maaf karena kesalahannya. Bantuan yang diberikan pun saya melihat tidak tepat sasaran , perusahaan tidak koordinasi dengan pihak pemerintah, contoh bantuan perusahaan di bidang pertanian tidak koordinasi dengan UPT Pertanian akhirnya ada kelompok yang karena kedekatan dengan perusahaan  selalu dapat bantuan, padahal dia juga banjir bantuan dari pemerintah, sementara ada kelompok yang tidak pernah tersentuh bantuan. Adilkah ini. Ada juga desa yang karena disitu lokasi utama kegiatan eksplorasi selalu dapat sedang desa yang hanya dekat dengan lokasi tapi juga merasakan dampak eksplorasi tidak dapat. Ini menimbulkan kecemburuan. Tapi masing masing hanya memikirkan kepentingan sendiri. Siapa yang mau memfasilitasi ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32