Catatan , 28 Juni 2014

                Hari ini banyak inspirasi yang saya dapat melalui perjumpaan dengan lingkungan , dengan sesama dan perjumpaan dengan ciptaanNya. Ini untuk kembali lebih membentuk tujuan hidup ini dan apa yang harus kita perbuat dalam hidup yang dianugerahkanNya. Saya menyadari saya ini banyak sekali dosa dan kesalahan apakah untuk diri sendiri, istri, anak, keluarga, orang tua dan sesama termasuk dosa terhadap lingkungan, Sampai hari ini pun terus bergumul tentang arti kehidupan. Dengan melihat kesalahan dan kekurangan orang lain maka rasanya tidak tepat diri ini jika memberi penilaian terhadap kekurangan orang lain apalagi menghakimi. Dalam arti lihat dulu diri sendiri baru menilai orang lain. Itu baru adil. Kita pun tidak boleh mengambil hak Tuhan yaitu menghakimi. Bila ada kesalahan tentu kita sepakat kita tidak setuju dengan perbuatan kesalahan itu dan kita harus menegor dengan kasih karena lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang tersembunyi. Kita harus memberi kesempatan kepada orang lain untuk mereka memperbaiki diri . Jika ternyata mereka memilih untuk tidak memperbaiki diri maka itu pilihan mereka sebab bukankah masing masing orang harus mempertanggungjawakan sendiri apa yang ia buat selama ia hidup. 
              Tulisan saya diatas didasari pada apa yang saya terjadi dimana seorang pemimpin masyarakat di desa saya , dalam kabar yang saya dengar telah menyalagunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, tidak ada keterbukaan pada masyarakat, tidak mau mendengar masukan, lebih mendengar dan memakai pendapat sendiri, memiliki sifat mendendam, tidak melaksanakan tugas sebagai pengayom masyarakat. Akibatnya muncul mosi tidak percaya dari masyarakat dan menuntut pengunduran diri yang bersangkutan. Kesalahan pemimpin ini memang kalau terbukti tidak boleh dibenarkan dan dijadikan contoh. 
                Ini juga yang menjadi pelajaran penting kepada saya lewat apa yang terjadi pada orang lain sebab saya juga diberi kepercayaan sebagai pemimpin. Godaan sebagai pemimpin sangat besar tetapi sebagai pemimpin tidak boleh buta dengan godaan yang hanya membuat hidup ini kosong, hampa, sia sia dan tak berarti. Untuk apa kita memiliki isi dunia tapi binasa di akhirat. Bahwa sebagai pemimpin harus bertindak sebagai pelayan, mengutamakan kepentingan orang lain dulu diatas kepentingan pribadi. Sebagai pemimpin masyarakat harus menjadi PEMBELA bukan menjadi PENGHANCUR masyarakat. Kalau memang sesuatu hal itu bukan milik kita, kita hanya diberi tugas untuk mengurusnya maka berikanlah kepada siapa yang berhak. Jangan kita mengambil keuntungan pada sesuatu yang bukan hak kita. Teringat masalah pemotongan hak perangkat di suatu desa yang akibatnya adalah nama baik rusak. Nama baik itulah yang penting , untuk apa kita memiliki semuanya tapi nama baik hancur karena tindakan yang tidak benar.
        Selanjutnya dalam proses maka seharusnya ada pembinaan dulu kepada pemimpin ini supaya ia mengintrospeksi diri dan merubah sikap. Tetapi justru beberapa orang masyarakat dengan motivasi yang tidak baik justru membuat masalah semakin berat karena cenderung menghakimi tanpa berkaca melihat diri sendiri terlebih dahulu yang juga banyak kesalahan. Salah tetap salah tetapi janganlah menghakimi. Apapun yang kita buat ada konsekuensinya, ada Tuhan yang melihat dan serahkan saja kepada Tuhan yang memiliki jalan terbaik terhadap kesalahan yang kita perbuat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32