KHOTBAH DARI 2 SAMUEL 12 :1-25


KHOTBAH DARI 2 SAMUEL 12 :1-25
Ada ungkapan mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaikBanyak sudah kejadian atau peristiwa terjadi dalam hidup kita di masa lalu, baik menyenangkan atau pun tidak menyenangkan, tetapi apakah kita telah menjadikannya sebagai suatu pelajaran, peringatan dan motivasi yang berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup kita selanjutnya?
setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan, namun terkadang manusia tidak mampu belajar untuk  memperbaiki kesalahan itu dan malah mengulanginya kembali.

     Ada
juga ungkapan   mengatakan:  "jangan seperti keledai yang selalu terperosok ke lubang yang sama."  Jika kita tidak mau belajar dari pengalaman, suatu saat kita akan melakukan kesalahan yang sama bahkan mungkin lebih parah dari yang sebelumnya dan itu justru akan membawa kita kepada kehancuran.  Hal ini pernah terjadi dalam kehidupan raja Daud.   Siapa tidak kenal raja Daud, ia raja yang besar, ia dekat dengan Tuhan tetapi disisi lain  ia juga adalah manusia biasa yang tak lepas dari pencobaan dan tantangan . Biasanya dalam peperangan ia selalu menang ,menang dan menang, tetapi dalam peperangan iman kali ini ia kalah berperang melawan hawa nafsu kedagingan, memandang perempuan yang bukan miliknya , menginginkannya dalam hati dan berzinah dengannya.  2 Samuel 11 secara jelas mengungkapkan  Ia jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba, padahal Batsyeba adalah isteri Uria, panglimanya sendiri  . Kejahatannya tidak berhenti sampai disitu maka untuk menutupi kejahatannya ia pun merancang strategi supaya Uria terbunuh di medan perang.  
Apa yang dilakukan Daud ini adalah suatu kekejian di hadapan Tuhan, dan serapat-rapatnya Daud  menyimpan dosa di depan manusia, di hadapan Tuhan semua itu terbuka jelas. Allah membenci yang namanya dosa. Allah tidak akan membiarkan orang-orang pilihanNya hidup dalam dosa. itu sebabnya Allah mengutus nabi Natan kepada Daud. Allah memakai Natan untuk menegur dosa yang telah dilakukan Daud. Allah tidak pernah berkompromi dengan hamba-hambaNya yang telah melakukan dosa. Ia akan memberikan teguran dengan maksud mereka dapat bertobat dan kembali pada jalanNya.

Dalam kehidupan kita terkadang susah  untuk menegur , kita banyak kali merasa tidak enak, merasa tidak mampu , cuma terpengaruh dengan perasaan rasa begitu menegur padahal kesalahan telah terjadi . Contoh nyata dalam keluarga kadang kala anak sudah salah hanya dibela, atau biar jo sana orang lain punya anak kwa dia , toh dia yang akan merasakan akibatnya, atau kita malu menegur jangan sampai orang lain tersinggung apalagi kalau dia orang penting dan berpengaruh. Lebih luas lagi dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat, banyak sekali penyimpangan penyimpangan terjadi seperti kasus kasus amoral berupa  pengingkaran terhadap janji pernikahan , perhugelan, pemerkosaan, perzinahan. Bila tidak ada teguran yang nyata terhadap penyimpangan penyimpangan iman yang muncul dalam kehidupan yang berdosa  maka kehancuran generasi dan penghukuman itulah yang terjadi. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan : lebih baik teguran yang nyata daripada kasih yang tersembunyi.
Tindakan menegur  tentu mengandung resiko seperti apa yang dialami Nabi Natan. Tidak tanggung-tanggung, yang dia tegur adalah Daud. Kita semua tahu, saat itu Daud sudah menjabat sebagai raja. Resiko menegur Daud bisa jadi adalah kematian. Tetapi luar biasa, melalui roh hikmat dari Tuhan  Natan mampu menemukan cara yang tepat dan cerdik, ia memikirkan secara matang bukan asal bicara, mempertimbangkan dengan baik sambil meminta hikmat dari Tuhan . Ia memakai strategi tepat bukan sekedar asal berani, sebab bisa saja Daud tidak menerima nasihatnya , tersinggung dan marah , apalagi ini sudah menyangkut harga diriNya sebagai seorang pemimpin yang dihormati dan dikagumi rakyat.Nabi Natan  memakai perumpamaan untuk menegur raja Daud Tegurannya tegas, “Engkaulah orang itu!tetapi Daud menerima perkataan tersebut karena Roh hikmat Tuhan bekerja di balik semuanya itu.
Banyak sekali persoalan persoalan terjadi disekitar kita ,sebagai jemaat, orang orang percaya, sebagai Gereja Tuhan perlu meminta hikmat dari Tuhan untuk berani menyampaikan suara kenabian seperti tema mingguan kita saat ini sebagai warga GMIM. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan, menjadi garam dan terang dunia, mempengaruhi dunia dan bukan dipengaruhi roh duniawi salah satunya dengan  memberikan teguran teguran nyata ,terhadap penyimpangan penyimpangan iman dan kehidupan dalam dosa, Sambil selalu meminta hikmat Tuhan supaya teguran itu dapat diterima dengan baik bukan malah menambah dan membuat  persoalan baru.
Sebagai orang percaya   , Gereja juga   tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan , Firman Allah tidak mungkin salah tetapi Gereja bisa saja salah. Sejarah membuktikan bahwa ketika gereja merasa benar maka kehancuran menanti. Bila kita menginginkan orang lain menerima teguran kita ketika mereka salah, maka sebaliknya kita pun sebagai pribadi sebagai gereja Tuhan ketika kita salah maka kita  harus terbuka terhadap teguran sama seperti Daud.
Ketika menerima teguran dari nabi natan, Daud tidak mengelak, tidak berbantah, tidak membuat alasan tetapi Daud memberikan respon yang sangat baik. Ia menerima teguran dari Tuhan dan mengakui bahwa ia bersalah. Tidak mudah baginya mengakui bahwa dirinya berdosa dihadapan Tuhan maupun rakyat. Tetapi Daud sungguh pemimpin yang sejati dan berjiwa besar. Ia tidak takut kehilangan popolaritasnya, pendukungnya, atau jabatannya karena harus mengakui kesalahan yang diperbuatnya. Karena Daud tahu betul bahwa posisi dan jabatan, keberhasilan dan kesuksesan datangnya dari Tuhan. Daud pun menyadari bahwa yang membangun kerajaanya adalah Tuhan. Daud belajar untuk rendah hati dan tidak takut kehilangan segala sesuatu yang dia miliki.

Daud mengaku dosa di hadapan Natan dan Tuhan. Setelah firman Tuhan yang menyatakan kesalahannya disampaikan oleh Nabi Natan, Ia dibukakan betapa besar dosa dan kesalahannya kepada Tuhan. Jika Daud memberikan vonis mati kepada orang kaya dalam kisah Natan, tetapi Allah Israel beranugerah kepada Daud yang penuh kelemahan ini. Allah menjauhkan dosa tersebut dengan memberikan Daud kesempatan untuk terus hidup dan melayani Tuhan. Namun akibat dosa tersebut akan ditanggung oleh Daud dan keturunannya. Sebab salah satu hukuman Tuhan kepadanya adalah pedang atas keturunan Daud. Hukuman terakhir bagi Daud atas dosanya itu adalah kematian anak perselingkuhannya dengan Batsyeba, anak itu ditulahi oleh Allah dan anak itu akhirnya mati. Allah adalah Allah yang penuh dengan pengampunan. Kepada orang yang datang kepadanya dan memohon pengampunan, maka Allah akan memberikan pengampuanan kepada orang tersebut. Tetapi pengampunan Allah tidak meniadakan hukuman atas dosa atau dampak yang diakibatkan oleh dosa tersebut. Karena itulah sebagai orang percaya, kita perlu memahami bahwa meskipun Allah mengampuni dosa kita, bukan berarti kita melepaskan tanggung jawab kita atas akibat dosa yang kita lakukan.
Melalui kisah hidup Daud ini menyampaikan kepada kita yang membacanya untuk Dapat mengambil pelajaran dari kegagalan Daud dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Banyak hal yang bisa menggoda dan membuat kita jatuh dalam lumpur dosa. Setiap manusia siapapun dia bisa saja jatuh ke dalam perbuatan dosa; baik pejabat atau masyarakat biasa, yang kaya atau miskin, pengusaha atau petani. Keimanan yang tidak kuat bisa mengantarkan kita kepada hawa nafsu, keserakahan dan kecemaran (bdk. Efesus 4:19). Harus kita ingat dan renungkan bersama, bahwa segala hal yang tidak benar akan diperhitungkan oleh Tuhan sebagai perbuatan dosa dan akan mendapat ganjaran atau hukuman. Karena itu, kita harus sadar dan berjaga-jaga dalam Tuhan, agar tidak ada kesempatan bagi si Iblis untuk melemahkan iman kita. (bdk. 1 Petrus 5:8).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32