POLA HIDUP SEDERHANA DALAM PEMELIHARAAN TUHAN

Bacaan Alkitab : Keluaran 16 :13-24
Syaloom ,
Bersyukur kepada Tuhan atas kasih dan penyertaanNya sehingga hari ini kita sudah tiba di bulan juli yang adalah bulan pengucapan syukur bagi warga Minahasa tepatnya akan dirayakan pada hari minggu 23 Juli 2017. Dalam mempersiapkan diri memperingati bulan pengucapan syukur maka sebagai warga GMIM kita kembali di hentar untuk memahami bacaan Alkitab dengan  tema mingguan : POLA HIDUP SEDERHANA DALAM PEMELIHARAAN TUHAN.
Hidup sederhana adalah dua kata yang mudah diucapkan tapi terkadang sulit diwujudkan dalam kehidupan sehari hari apalagi ketika umat Kristiani diperhadapkan dengan hari raya besar seperti pengucapan syukur . Terkadang menghadapi pengucapan syukur,  jemaat dan masyarakat  terkadang sulit untuk mengendalikan diri sehingga cenderung menjadi boros karena berbagai pengeluaran telah melewati pendapatan seperti peribahasa besar pasak daripada tiang.  Atau juga karena pengaruh lingkungan jemaat cenderung memaksakan diri untuk menyediakan berbagai hal sementara  dalam keluarga sementara terjadi kekurangan financial. Keadaan ini tentu akan menimbulkan masalah dan kesusahan di kemudian hari karena ada sebab akibat dari tindakan hidup yang konsumtif, tak terkendali dan  boros.
Beberapa waktu ini Tuhan memberkati sebagian jemaat melalui hasil pertanian yang harganya mahal. Demikian juga berbagai profesi pekerjaan lain dengan berbagai berkat yang sementara diterima.  Dalam keadaan ini tentu ada godaan untuk menyalagunakan berkat dengan sesuka hati tanpa didasari rasa ungkapan syukur .  Pola hidup seperti ini tidak akan membawa rasa sukacita karena  apa yang didapat akan habis dalam waktu yang cepat dan tidak membawa dampak jangka panjang bagi peningkatan ekonomi keluarga.
Betapa penting berkat Tuhan dikelola dengan benar sehingga dapat membawa sukacita dalam hidup ini . Salah satu bentuk pengelolaan berkat Tuhan adalah menerapkan pola hidup sederhana yang berarti tidak hidup berlebihan, tidak boros, tidak berfoya foya, dan hidup sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan.
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, Tuhan menuntun dan  membawa mereka melewati padang gurun dan bukan melewati jalan raya yang biasa dipakai untuk jalur perdagangan. Dapatkah kita Bayangkan sebanyak 600 ribu laki-laki, belum terhitung perempuan dan anak-anak seperti tertulis dalam Keluaran 12 :37 keluar dari Mesir dan sementara berjalan di padang gurun, berapa banyak makanan dan air yang dibutuhkan agar seluruh bangsa Israel dapat makan dan minum? Tentunya sangat banyak.  Apalagi bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir  dalam keadaan terburu-buru, sehingga mereka mungkin hanya membawa makanan seadanya untuk menempuh perjalanan yang begitu panjang.



Secara manusia, bahkan dengan teknologi saat ini, hampir mustahil seorang Musa dapat menyediakan makanan dan minuman bagi begitu banyak orang Israel di padang gurun. Membayangkan saja sudah pusing dan sulit apalagi melakukan. Tetapi kita tahu bersama bahwa hidup ini diatur oleh Tuhan, kalau Tuhan yang tuntun, kalau Tuhan yang suruh, kalau hidup kita didalam Tuhan maka seharusnya jangan takut, kuatir dan cemas karena  Tuhanlah yang akan memelihara dan mencukupkan. Itulah yang kemudian terjadi dan terbukti tentang bagaimana PEMELIHARAAN TUHAN itu sendiri. Mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan karena bukan Musa yang menyediakan makanan dan minuman tersebut, tetapi Tuhan Allah yang MEMELIHARA .IA menyediakan dengan caranya yang ajaib dan heran dengan memberi apa yang mereka butuhkan yaitu daging burung puyuh dan manna untuk dibuat roti .

Manna bukan hanya sebagai roti yang diberikan Tuhan setiap pagi tapi manna juga adalah simbol berkat Tuhan, simbol pemeliharaan Tuhan  yang diberikan kepada manusia sejak pagi hari. Itulah Tuhan yang kita sembah , Dialah Allah yang dari dulu sampai sekarang selalu memberkati manusia sejak dari  pagi hari. Dalam Yosua 5 :12 dijelaskan bahwa bangsa Israel makan manna sejak di padang gurun Sin hingga bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian.
Namun meskipun Tuhan telah memberkati umatNya pada waktu itu dengan memberi manna dan daging burung puyuh bukan berarti bangsa Israel bermalas malasan, tidur tiduran, berpangku tangan dan tidak berbuat apa apa. Tetap berkat harus mereka usahakan, berkat harus dikerjakan dan berkat harus diolah seperti Firman Tuhan berkata dalam ayat 16 : Beginilah perintah Tuhan, pungutlah tiap tiap orang menurut keperluannya; masing masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang menurut jumlah jiwa. Kata pungutlah disini berarti tindakan atau kerja yang harus dilakukan manusia untuk mengelola berkat Tuhan. Bila mereka mengabaikan perintah Tuhan maka pasti hari itu mereka siap siap kelaparan karena tidak makan.  
Perintah selanjutnya yang harus ditaati dalam pemeliharaan Tuhan di padang gurun  adalah pungutlah tiap tiap orang menurut keperluannya. Kata “menurut keperluan disini”  memiliki arti dan makna yang sangat mendalam tentang bagaimana hidup ini harus diatur untuk bersyukur dengan apa yang ada, mencukupkan diri sesuai dengan kemampuan, termasuk jangan tamak, boros apalagi serakah.

Namun  manusia, terkadang ada rasa tidak puas dalam hidup , selalu merasa kurang dan tidak cukup sehingga ada yang mengumpulkan banyak, dan ada juga yang sedikit . Sangat mungkin orang yang mengumpulkan manna yang banyak bertujuan agar ia akan mendapat banyak makanan lebih dari orang lain. Tetapi ternyata apa yang dipungut orang tersebut semuanya diatur oleh Tuhan seperti ungkapan yang sering kita dengar bahwa  apapun usaha kita masing masing Tuhan so atur, masing masing kita diberi berkat sesuai dengan ukurannya , jadi tidak usah iri dan cemburu dengan orang lain.  Alkitab mengatakan bahwa ketika ditakar, ternyata orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit ternyata tidak kekurangan .

Perintah ketiga dalam  pemeliharaan hidup oleh Tuhan adalah  bagaimana mengisi hidup ini dalam keadaan penuh  kedengar dengaran dan ketaatan pada firman Tuhan. Musa dalam ayat 19 memerintahkan bahwa pada waktu itu apa yang dipungut dan diolah menjadi makanan jangan ditinggalkan sampai pagi . Artinya jelas bahwa jangan kuatir dengan hari esok karena  besok Tuhan akan beri lagi berkat yang baru dan begitu terus setiap hari. Namun ada juga yang kuatir, cemas dan ragu akan hari esok, ada yang coba coba, atau sengaja melanggar hukum dan ketetapan Tuhan dengan meninggalkan makanan sampai pagi. Apa yang terjadi ? Makanan menjadi berulat dan berbau busuk.
Ini berarti berkat tersia siakan.
Berbeda dengan perintah Tuhan dalam ayat 23 sampai 24 supaya kelebihan berkat disimpan sampai pagi hari  dan orang Israel telah belajar dari kesalahan sebelumnya dan mereka memilih taat pada perintah Tuhan . Apa hasilnya ?  makanan tidak berbau busuk dan tidak ada ulat didalamnya.

Apa yang kita baca melalui kesaksian hidup orang Israel di padang Gurun dalam pemeliharaan Tuhan adalah gambaran  perjalanan hidup kita juga saat ini yang  sementara menuju tanah kanaan kekal yaitu kerajaan sorga. Kita mungkin tidak seperti bangsa Israel yang berada di padang gurun, kita justru hidup dan berada di tanah yang subur dan sementara menikmati berkat berkat Tuhan. Namun meskipun Tuhan menjaga, melindungi dan memberkati kita , kita harus ingat untuk dapat mengelola berkat Tuhan sebaik baiknya dengan hidup menurut ketetapan dan perintahNya supaya berkat tidak menjadi busuk dan berulat dalam arti tidak membawa kedamaian dalam hidup ini.


Sebentar lagi kita akan bersiap untuk merayakan pengucapan syukur atas segala kasih, rahmat dan berkatNya bagi kita. Tuhan telah  memberkati kita masing masing menurut rahmat dan karuniaNya. Mungkin Ada yang sementara bersyukur dan berbahagia karena merasakan berkat jasmani tapi mungkin juga  ada juga yang harus kecewa karena belum berhasil dan belum tercapai semua cita cita dan harapan dalam mengelola berkat. Baik berhasil maupun belum berhasil kita tetap dipanggil untuk mengucap syukur . Jadikan keberhasilan melalui upaya, profesi dan kerja  menjadi bermakna dengan menggunakan segala berkat sebaik baiknya termasuk didalamnya HIDUP SEDERHANA dan menjauhkan pemborosan, berfoya foya, apalagi hidup dalam kesombongan dan ketamakan yang tidak membawa manfaat . Demikian juga sebaliknya bagi kita yang di bulan pengucapan syukur ini belum memperoleh apa yang kita harapkan sementara sudah giat berdoa dan tekun bekerja , jangan menyerah , kita belajar dari kesuksesan orang lain yang juga pernah jatuh bangun dalam hidup ini . Kita harus bersukacita karena kita punya Tuhan yang sama yang memelihara setiap orang baik miskin maupun kaya, yang kuat maupun yang lemah.
Hidup sederhana dalam pemeliharaan Tuhan adalah hal penting yang harus kita lakukan menyambut pengucapan syukur agar supaya pengucapan syukur betul betul membawa syukur, membawa sukacita dan bukan membawa kesusahan dan penderitaan. Semoga demikian.

AMIN

2 JULI 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH 50 TAHUN EMAS

KERJA YANG DIBERKATI

TANGISILAH DIRIMU DARI LUKAS 23 :26-32