Keseimbangan Bekerja Dan Melayani
PRINSIP KESEIMBANGAN
ANTARA PEKERJAAN, KELUARGA DAN PELAYANAN
[by samson h]
Banyak orang
beranggapan bahwa bekerja merupakan kutuk dan bukan berkat. Anggapan ini timbul
akibat pengertian keliru dari catatan kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa
dimana Allah menghukum Adam dan Hawa karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan.
Untuk mendahului pembahasan ini ada baiknya dilampirkan beberapa ayat firman Allah
di sini.
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi.” Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah
atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” [Kejadian
1:26 ,28]
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untukmengusahakan dan memelihara taman itu”
[Kejadian 2:15]
“Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena
engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah
Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah
tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimudari
tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau
akan mencari makananmu, sampai engkau kembaali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu”
[Kejadian 3:17-19]
Ketiga bagian firman Allah di atas memberikan penjelasan tentang
perintah Allah untuk bekerja. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah bekerja itu
merupakan kutuk atau akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa kepada Allah di Taman
Eden? Mengacu pada Kejadian 3:17-19 seakan memberikan petunjuk kearah itu
karena adanya perkataan ini, “terkutuklah tanah karena engkau; dengan
bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu . . .
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu.” Tidak bisa disangkal apa yang dicatat di sini merupakan
hukuman atau kutuk yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa dan sekaligus bagi
keturunannya. Tetapi jika ketiga bagian ayat-ayat di atas dilihat dari sudut
kronologisnya maka sangat jelas bahwa bekerja bukanlah kutuk atau hukuman
akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa.
Alasan pertama kenapa bekerja itu bukan kutuk karena Allah telah
memerintahkan manusia untuk bekerja jauh sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam
dosa. Secara khusus, Kejadian 1:28, memberikan pernyataan ini, “Beranakcuculah dan bertambah
banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu,berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi.” Ini adalah perintah Allah kepada manusia
pertama. Mereka harus beranakcucu, bertambah banyak, memenuhi bumi dan
menaklukkannya serta menguasai lautan dan daratan. Perintah ini tentu tidak
akan bisa terlaksana jika orang yang diperintahkan itu tidak bekerja. Dengan
kata lain sejak Adam dan Hawa diciptakan Allah, Allah telah memerintahkan
mereka untuk bekerja karena bekerja merupakan tanggungjawab mereka dan bagian
yang utuh dari kehidupan.
Alasan kedua karena Allah lebih rinci memberitahukan bahwa
ketika Allah menempatkan Adam dan Hawa di Taman Eden, mereka harus bekerja di
taman itu. Kejadian 2:15 memberitahukan hal ini, “TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu.”Kata
“mengusahakan” dan “memelihara” di sini tentu tidak lain adalah bekerja. Adam
dan Hawa harus mengurus Taman Eden sebaik mungkin karena itulah tugas dan
kewajiban mereka.
Di sini terlihat jelas bahwa bekerja sudah menjadi bagian
kehidupan Adam dan Hawa sejak mereka diciptakan Allah. Perintah untuk bekerja
telah diberikan jauh sebelum Allah memberikan kutuk atau hukuman akibat
ketidaktaatan atau kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Jika memang demikian,
apa maksud kutuk yang diberikan Allah dalam Kejadian 3:17-19? Karena Allah
telah memerintah Adam dan Hawa untuk bekerja jauh sebelum kejatuhan mereka,
maka apa yang disampaikan Allah dalam Kejadian 3:17-19 itu merupakan penegasan
bahwa mereka harus lebih bekerja keras lagi untuk mendapatkan atau mencukupi
kebutuhan mereka. Kenapa harus lebih bekerja keras lagi? Karena Allah telah mengutuk tanah, terkutuklah tanah
karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu . . . dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu.” Maka tidak heran jika manusia hingga
sekarang ini harus bekerja dan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya.
Manusia harus bekerja
keras tetapi manusia hidup bukan hanya untuk bekerja karena manusia juga harus
bertanggungjawab untuk mengurus keluarganya dan melayani Tuhannya yang telah
menciptakan dan menyelamatkannya. Dengan kata lain, manusia memiliki tiga hal utama
dalam hidupnya: PEKERJAAN, KELUARGA DAN PELAYANAN. Ketiga hal ini harus diurus
dan dilakukan dengan keseimbangan. Secara khusus orang Kristen harus
benar-benar memahami ketiga tujuan ini. Ketidaktahuan dalam mengatur atau
keseimbangan ketiga hal ini akan sangat berbahaya dalam hidup seorang Kristen.
Tidak bisa hanya bekerja keras saja lalu mengabaikan keluarga dan pelayanannya
kepada Tuhan. Atau hanya bekerja keras dan mengurus keluarganya dengan baik
tetapi tidak memberikan waktu untuk pelayanan. Atau sebaliknya, sibuk dalam
pelayanan namun mengambaikan keluarga dan pekerjaannya. ADA TUNTUTAN
KESEIMBANGAN bagi setiap orang percaya.
PRINSIP-PRINSIP KERJA DALAM PERJANJIAN LAMA
(1) Bekerja
Merupakan Bagian yang Utuh dari Kehidupan
Bagi seorang Yahudi, bekerja
adalah kewajiban kepada Tuhan. Ketaatan mereka pada hokum keempat dari 10 Hukum
Allah menjelas bahwa mereka harus bekerja selama enam hari untuk mencukupi
kebutuhan mereka dan pada hari yang ketujuh harus beristirahat dari segala
kesibuhan mereka. Kehidupan orang-orang Perjanjian Lama tidak terlepas dari
tuntutan bekerja selama enam hari tersebut.
Untuk mencapai suatu
tujuan yang sukses, setiap anak Yahudi dituntut belajar melakukan pekerjaan
manual. Dalam catatan buku yang ditulis oleh William Barclay memberitahukan
demikian:
“Bagi seorang Yahudi
kerja amatlah penting - kerja merupakan intisari kehidupan. Orang-orang
Yahudi mengenal ungkapan “orang yang tidak mengajar anak lelakinya berusaha,
mengajarnya mencuri.” Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya dengan seorang
dosen atau professor di perguruan tinggi, tetapi menurut hukum Yahudi ia tidak
boleh menerima satu sen pun dari tugas mengajarnya; ia harus menguasai suatu
bidang usaha yang dilakukannya dengan tangannya dan dengan demikian ia memenuhi
kebutuhannya sendiri. Karena itu ada rabi Yahudi yang menjadi tukang
jahit, tukang sepatu, tukang cukur, atau tukang roti dan bahkan pula menjadi
aktor. Bekerja bagi seorang Yahudi adalah kehidupan.”
Sangat jelas kejatuhan
mansuai ke dalam dosa mengubah tingkat kesukaran kerja tetapi nilainya tetap
sama. Adam dan Hawa pasti merasakan hal itu. Jika sebelum kejatuhan mereka ke
dalam dosa, pekerjaan mereka tidak sesulit setelah kejatuhan mereka. Jika
memperhatikan kehidupan orang-orang Perjanjian Lama, baik nabi, pemimpin,
laki-laki dan perempuan, termasuk para janda sekalipun, mereka merupakan
manusia yang bekerja karena itu adalah bagian kehidupan.
(2) Setiap
Orang Harus bekerja
Seperti yang telah
disampaikan diatas, tiap-tiap orang harus memperlengkapi diri untuk menjadi
seorang pekerja yang handal. Bekerja itu berarti kemuliaan dan kebahagiaan
tetapi sebaliknya, jika seseorang tidak bekerja, itu akan menjadi malapetaka
yang diliputi dengan perasaan malu karena orang yang tidak bekerja berarti
tidak bisa memenuhi kebutuhannya dan keluarganya.
Maka, Keluaran 34:21 mencatat perintah ini: “Enam harilah
lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti,
dan dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara hari
perhentian juga.” Ada
prinsip penting yang dicatat dalam ayat ini karena ayat ini diberikan Tuhan
kepada umatnya. Prinsipnya adalah, “Jika manusia itu bekerja keras dan memliki
rasa cinta, hormat dan taat kepada Tuhan, maka pekerjaan yang dilakukannya
selama enam hari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.” Tuhan tidak asal
menetapkan suatu peraturan tetapi Ia tahu bahwa apa yang Ia katakan itu pasti
dan benar. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi orang yang mencintai dan
mengasihi Tuhan untuk berkata bahwa hasil bekerja selama enam hari yang
ditetapkan Tuhan tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun sebaliknya jika
mereka tidak mengashi Tuhan, bekerja keras setiap hari tanpa istirahat pun akan
tetap dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Hidupnya makin susah,
dan samakin ia bekerja semakin ia rasakan bahwa apa yang ia dapatkan tetap
tidak cukup, karena Tuhan tidak pernah memberkati pekerjaan dan usahanya.
Yang selalu ditekan pada ayat diatas, biasanya pada poin
istirahat satu hari dalam seminggu. Tetapi perhatikan bahwa ayat ini
mengatakan, “Enam hari lamanya engkau bekerja.” Itu adalah perintah, bukan pilihan.
Kemalasan dikutuk. Setiap orang memberikan sumbangannya dalam mendukung
keluarganya. Oleh karena itu pergunakan waktu yang ada dengan baik sehingga
pada hari kudus Tuhan, sebagai orang percaya bisa memuliakan Tuhan di rumah
Tuhan.
Dalam Amsal 3:6-8
Allah memerintahkan untuk mengamati semut dan belajar darinya. Semut bekerja
keras untuk mengumpulkan makanan agar dapat hidup pada setiap musim. Ingatlah
bahwa kerja di masa kini mencakup segala sesuatu yang dilakukan untuk
melangsungkan kehidupan keluarga, bukan sekadar kerja dalam suatu usaha.
(3) Kerja
Memberikan kepuasan
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa Allah mengetahui semua seluk
beluk kehidupan manusia dan ketika Ia memberikan suatu pernyataan tentang
kehidupan manusia itu berarti fakta yang sesungguhnya. Allah itu Mahatahu. Ia
mengetahui isi hati, pikiran dan rencana setiap manusia. Oleh karena itu apa
yang Allah sampaikan dalam kitab Amsal merupakan suatu fakta kehidupan manusia
yang tidak bisa disangkal manusia. Bekerja keras merupakan bagian dari
kehidupan manusia. MakaAmsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras.
“Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya
sudah menjadi saudara dari si perusak” (Ams 18:9).
“Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan
orang yang lamban akan menderita lapar” (Ams 19:15)
Manusia tidak boleh
menjauhi kerja, melainkan dipuaskan oleh hasil kerja tangan atau pikirannya.
“Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia
makan sedikit maupun banyak” (Pengkh 5:11).
“Dalam tiap jerih payah ada keuntungan” (Ams
14:23).
“Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik
bagi manusia daripada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah
bahagiannya” (Pengkh 3:22)
Setiap orang Kristen
yang bekerja akan merasa puas menikmati hasil jerih payahnya karena ia tahu
Tuhan telah memberkatinya.
(4) Setiap
Pekerjaan yang Halal Patut Dihormati
Harus diakui bahwa tidak semua jenis pekerjaan cocok untuk orang
Kristen meskipun pekerjaan itu menjanjikan penghasilan yang lebih besar. Setiap
pekerjaan yang dilakukan harus selaras dengan norma-norma Kekristenan dan iman Kristen. Ada jenis pekerjaan yang dengan mudah bisa dipastikan tidak
bisa dilakukan orang Kristen kerena bertentangan dengan ajaran firman Allah
tetapi ada juga jenis pekerjaan yang abu-abu, antara ya dan tidak. Namun ada
juga jenis pekerjaan yang sebenarnya sangat baik tetapi bisa disalahartikan
demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Anggap saja sebagai Sales. Tidak
ada salahnya menjadi sales, tetapi jika disalahgunakan bisa jadi dosa besar
dimana ia memberitahukan pelanggannya bahwa barang itu bagus padahal tidak. Baginya
yang terpenting penjualan lancar meskipun ia harus berbohong dan menipu menipu
pelanggannya. Pekerjaan baik apapun yang digeluti seorang Kristen harus tetap
sejalan dengan iman percaya dan hati
nuraninya. Jika ia menyadari ada unsur dosa dalam pekerjaannya maka ia harus
meninggalkannya karena Tuhan tidak akan pernah memberkatinya.
Dalam Perjanjian Lama
jenis pekerjaan masa itu tidak sama dengan masa modern sekarang ini. Namun kita
bisa melihat segala jenis pekerjaan yang baik mendapatkan pujian: Kerja buruh
(1 Raj 5:7-18); pekerjaan manual (Kel 36:1-2); usaha dagang/kepemimpinan
(Daniel, Musa); usaha yang membutuhkan pikiran/ilmiah (Daniel).
Sejumlah pekerjaan
tertentu dikategorikan “tidak halal” atau tidak dihormati. Antara lain adalah
pelacuran, memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi, setiap usaha yang
dilakukan dengan menipu atau mengambil keuntungan dari orang miskin, atau
setiap usaha yang dilakukan secara tidak jujur. Tentu masih banyak lagi yang
bisa didaftarkan disini sebagaiman dijabarkan dalam kitab Amsal. Lakukanlah
pekerjaan kamu dengan baik dan pastikan tidak bertentangan dengan ajaran firman
Allah dan hati nurani kamu sendiri.
PRINSIP-PRINSIP KERJA DALAM PERJANJIAN BARU
Jika menyelidiki Kitab
Perjanjian Baru, terdapat sederet keterangan tentang prinsip kerja yang menjadi
pertmbangan penting bagi kehidupan orang percaya. Tanpa merendahkan
prinsip-prinsip lainnya, di bawah ini ada lima pokok penting yang akan kita
pelelajari.
1) Tidak
Bekerja, Tidak Makan
Paulus dengan tegas mengajarkan bahwa jika seseorang tidak
bekerja, janganlah ia makan. Tidak ada belaskasihan pada orang yang malas atau
yang tidak bekerja. Paulus menuliskan hal ini untuk jemaat Tesalonika dalam 2
Tesalonika 3:10, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”Ini pernyataan keras Paulus yang membuktikan
bahwa beekerja bukan suatu pilihan tetapi keharusan. Paulus telah menunjukkan
dalam hidup pelayanannya bahwa kerja keras merupakan keharus bagi setiap orang
percaya. Meskipun Paulus seorang Rasul yang dipanggil Tuhan untuk melayani,
namun ketika ia tidak mendapatkan bantuan yang cukup dari gereja-gereja yang
dilayaninya, ia juga melakukna pekerjaan tambahan sebagai pembuat tenda untuk
memenuhi kebutuhannya. Orang Kristen tidak boleh menjadi pengemis atau pemalas.
Ketika ada kerja keras dalam mengerjakan pekerjaan yang halal, Tuhan akan
memberkati.
Paulus lebih lanjut menjelaskan dalam ayat 14 demikian, “Jika ada orang yang
tidak mau mendengarkan apa yang kami katakana dalam surat ini, tandailah dia
dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu.” Jika ayat ini dikaitkan dengan apa yang
Paulus katakana dalam ayat 10 tadi, itu berarti orang Kristen tidak
diperbolehkan untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak mau bekerja atau
pemalas. Bukan bermaksud untuk mengujilkan orang tersebut tetapi agar ia
berubah dan marasa malu sehingga ia mau kembali bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya dan keluarganya.
2) Cukupilah
Kebutuhan Keluarga Anda
Orang Kristen seharusnya menjadi seorang teladan dalam mencukupi
kebutuhan keluarganya. Inilah yang diungkapkan Paulus kepada Timotius yang
sedang menggembalakan jemaat Efesus. Ia berkata, “Tetapi jika
ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya,
orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman” (1 Tim 5:8). Kata “memelihara” di sini lebih mengarah pada
mencukupi kebutuhan dan bukan hanya mencakup “menjaga dan melindunig.” Seorang
Kristen harus mencukupi kebutuhan fisik keluarganya. Bila seorang Kristen tidak
melakukan hal ini maka tidak kesaksiannya akan runtuh.
Pemenuhan kebutuhan di
sini bukanlah kemewahan tetapi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan setiap
orang. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan ini, bekerja merupakan kewajiaban
setiap orang Kristen.
3) Jadilah
Pegawai yang Taat dan Penurut
Karena bekerja tidak selalu mengerjakan pekerjaan miliki sendiri
tetapi juga pekerjaan yang merupakan milik orang lain atau dibawah penguasaan
orang lain seperti perusahaan. Dalam hal ini, Paulus menjelaskan dalam Kolose
3:22-23, “Hai hamba-hama, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala
hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan
dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Konteks ayat di atas
memang hubungan seroang hamba dengan majikannya karena di masa itu hanya jenis
pekerjaan demikian yang lebih umum dan itulah yang dijadikan contoh dalam
Alkitab. Tetapi dari ayat itu ada suatu prinsip yang bisa dilakukan hingga
sekarang ini yaitu menjadi pegawai atau karyawan yang taat dan penurut. Apakah
menjadi pekerja di sebuah perusahaan besar atau kecil, seorang karyawan atau
pegawai harus mengikuti aturan kerja yang telah ditetapkan atau disepakati.
Namun jika dicermati kedua ayat di atas, di sana
diungkapkan dua hal utama yang menjadi kelemahan seorang hamba atau
karyawan. Yang pertama adalah sikap membrontak atau melawan. Inilah penyakit
semua perkerja atau karyawan. Mereka sering tidak mau menawati tuan mereka
bahkan merasa sulit untuk menjadi seorang pekerja yang taat. Inilah pergumulan
semua pekerja atau karyawan. Itulah sebabnya Paulus berkata, “Hai hamba-hamba, taatilah
tuanmu.”
Hal kedua adalah bahwa para hamba atau karyawan suka mengambil
muka. Sebenarnya sikap ini juga merupakan bagian dari ketidaktaatan. Kebanyakan
para hamba hanya taat dan rajin ketika tuan mereka ada di sekitar mereka. Namun
ketika tuan mereka lagi sibuk atau tidak ada di tempat kerja, para hamba atau
karyawan mengabaikan tugas dan kewajiban mereka. Pekerja sedemikian bukanlah
pekerja yang baik dan setia. Tuhan tidak akan memberkati para pekerja seperti
ini. Paulus berkata, “Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
4) Jadilah
Majikan yang Adil
Prinsip kerja bukan hanya diberikan untuk para pegawai atau
pekerja tetapi juga ada prinsip penting bagi pemilik usaha atau majikan. Inilah
hikmat yang dari Tuhan dimana hamba dan majikan sama-sama memiliki kewajiban
dan tanggungjawab masing-masing. Ada aturan untuk para hamba tetapi juga ada
aturan bagi para tuan dan keduanya harus menjaga dan memelihara kewajiban dan
tugas masing-masing. Paulus menuturkannya demikian, “Hai
tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah kamu juga
mempunyai tuan di sorga”
(Kolose 4:1).
Dalam ayat ini Paulus
mengangkat dua hal yang perlu diperhatikan para pemilik usaha, tuan atau
majikan, yaitu “adil” dan “jujur.” Bisa dikatakan permasalahan para pemilik
usaha terhadap para pegawai atau karyawannya terletak pada kedua hal ini.
Mereka sering tidak bersikap adil dan jujur terhdapa para pekerjanya. Jika kamu
seorang tuan, perhatikanlah hal ini karena kelemahan kamu ada pada kedua poin
ini.
5) Kesempurnaan
Harus Menjadi Tolok Ukur Pekerjaan
Jika mengerjakan suatu pekerjaan seharusnya harus memiliki tolok
ukur untuk menilai kualitas pekerjaan itu yaitu KESEMPURNAAN. Menyelesaikan
suatu pekerjaan tidak hanya sekedar mengerjakannya tetapi harus mengerjakannya
sebaik mungkin atau sesempurna mungkin. Dengan melakukan semua ini maka sebagai
pekerja akan dihargai atau dihormati para tuan atau majikannya. Dengan demikian
ia memiliki kedamaian dan ketenangan hati akan apa yang ia kerjakan. Paulus
menyimpulkannya demikian dalam 1 Tesalonika 4:11-12, “Dan anggaplah sebagagi suatu
kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan
bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu
hidup sebagai orang-orang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada
mereka.”
WAKTU DAN PRIORITAS
Sadar atau tidak,
kebanyakan waktu kita dihabiskan untuk pekerjaan atau kewajiban sehari-hari dan
kita hanya memiliki sedikit waktu terbatas yang dapat dipergunakan sebagai
waktu luang kita.
Informasi di bawah ini
mungkin bermanfaat buat para pekerja yang sibuk dalam kesehariannya. Perhatikan
pembagian waktu ini dan bandingkan dengan pembagian waktu kamu setiap harinya.
8 jam
bekerja
½
jam
makan siang
1
jam
perjalanan (transportasi)
1
jam
sarapan dan makan malam
8
jam
tidur
1
jam
tugas-tugas lainnya
_______________
19½ jam
Dari total 24 jam
waktu yang dimiliki setiap hari, tersisa hanya sekitar 4½ jam pada setiap hari
kerja yang dapat digunakan untuk mengerjakan apa yang disukai. Ini berarti kita
hanya memiliki 22½ dalam satu minggu. Kini anggaplah ada 8 jam waktu luang pada
hari sabtu (karena hari kerja biasanya hari Senin hingga Jumat) dan 6 jam pada
hari Minggu (tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk beribadah di gereja),
dan keseluruhan waktu yang dimiliki hanya 36½ jam dalam seminggu. Jika kita
masih memiliki kegiatan lain sebagai pekerjaan rumah tangga seperti belanja,
memasak, mengantarkan anak-anak untuk mengikuti sejumlah kegiatan atau sejumlah
“keperluan” lain, maka sisanya mungkin hanya ada 24 jam kita miliki. Tak banyak
yang tersisa dari total 168 jam/minggu yang tersedia untuk memenuhi
tujuan-tujuan kita yang lain di samping tujuan-tujuan kerja rutin. Sisa waktu
inilah yang kita pakai untuk saat teduh kita dan pembacaan Alkitab setiap hari,
kemunikasi kita dalam keluarga atau membantu anak-anak kita menyelesaikan
tugas-tugas sekolah dan bahkan menemani anak-anak kita bermain sebelum tidur.
Jadi jika kita mau
jujur, kita harus akui bahwa kebanyakan waktu dihabiskan (1) untuk bekerja
(kegiatan rutin setiap hari) (2) sisanya untuk keluarga, (3) jika masih ada
sisa, kita akan pakai untuk pelayanan keluar. Dalam mengelolah sisa waktu yang
tersedia, dibutuhkan hikmat agar ada keseimbangan dalam hidup kita sebagai
orang Kristen. Allah memang merintahkan kita untuk bekerja agar bisa memenuhi
kebutuhan hidup kita tetapi Allah juga memerintahkan kita untuk beribadah dan
melayani Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Oleh karena itu
dibutuhkan hikmat dan dedikasi agar kita menjadi orang Kristen sejati yang
melakukan apa perintah Allah bagi kita. Bekerjalah sekuat tenaga tetapi sembah
dan layani juga Allah yang telah menyelamatkan kamu dan uruslah keluarga yang
Tuhan dipercayakan bagi kamu.
Jika ditinjau dari
segi Tujuan, maka orang Kristen harus menyusun prioritas hidupnya seperti
berikut:
1) Kehidupan Pribadi kamu dengan Allah. Tiap-tiap orang Kristen jangan pernah
mengambaikan hal ini. Waktu khusus buat masing-masing anggota keluarga dimana
mereka membaca dan merenungan firman Allah serta berdoa kepada Tuhan adalah hal
utama yang tidak bisa diabaikan karena inilah kunci pertumbuhan dan kedewasaan
iman.
2) Kelurga kamu. Tuhan memberikan kita sebuah keluarga dan
itu menjadi tanggungjawab kita untuk mencukupi kebutuhan setiap anggota
keluarga. Tetapi yang terpenting dari semua ini adalah membina setiap anggota keluarga
takut akan Tuhan dan memiliki iman dalam Kristus.
3) Pekerjaan kamu. Sebagaimana diutarakan ditas, setiap orang
Kristen harus bekerja. Selagi kita mampu dan sehat, kita harus terus bekerja
karena itu adalah perintah Allah. Orang yang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan.
4) Pelayanan kamu. Sebagai orang Kristen, kita bukan hanya
dipanggil Tuhan untuk percaya dan memperoleh hidup kekal tetapi juga kita
dipanggil Tuhan untuk melayani Dia. Setiap orang percaya harus bisa menyisihkan
waktunya bagi pelayanan. Sesibuk apapun kita dalam keluarga dan usaha, kita
harus melayani Tuhan. Itu suatu keharusan dan tuntutan. Tuhan
telah memberikan talenta kepada setiap orang yang sungguh-sungguh percaya pada
Yesus Kristus. Ada yang memiliki satu talenta, ada yang dua talenta atau lebih.
Dan kesemuanya itu diberikan Tuhan untuk dipakai dalam pelayanan. Jadi tidak
ada seorang percaya yang berkata, “saya tidak bisa melakukan apa-apa dalam
pelayanan!” Hanya orang yang tidak percaya yang bisa berkata demikian. Jika
kita mengasihi Tuhan Yesus, kita pasti memiliki keinginan untuk memberikan atau
melakukan sesuatu buat Dia.
Prinsip keseimbangan yang harus kita miliki
adalah:
1)
Kita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita dan keluarga.
2)
Kita harus mengurus keluarga kita dengan baik dan mengajar mereka takut akan
Allah
3)
Kita harus berhikmat membagi waktu kita untuk melayani Tuhan.
Komentar