Motivasi AZRUL
AZRUL ANANDA (mantan komisioner NBL)
Sedikit banyak ia telah memberi warna dan arti bagi
perjalanan olahraga perbasketan di Indonesia . Saya tertarik dengan tulisan di Koran
dengan judul ; “BERPISAH DENGAN HAPPY”
Dengan kalimat pembuka yang penuh makna :
APA ARTI JABATAN? MENGAPA GENGSI BEGITU MAHAL ? KENAPA TIDAK
HAPPY HAPPY SAJA?
Ya meski sudah berbuat tapi memang dalam pemilihan Ketua
Umum Perbasi Indonesia ia tidak terpilih. Secara manusia menurutnya kegagalan (semestinya tidak memakai kata ini)
membuat kecewa. Apa yang ia telah bangun mulai dari pondasi dan banyak hal
tentang perbasketan, dengan segudang visi, misi, cita cita kedepan harus kandas
saat ia tidak terpilih. Karena bagaimana mungkin merealisasikan impian tanpa
kepemimpinan.
Satu hal juga yang menarik tentang bagaimana pengalamannya
dalam membangun perbasketan adalah modal tulus untuk membangun olahraga ini
yang hampir mati, modalnya adalah kepercayaan, bukan UANG. Uang memang penting
tapi uang bukan segala galanya. Segala sesuatu jika termotivasi Karen a uang
maka semuanya pastilah tidak akan bertahan lama, bubar dengan sendirinya, dan
terlebih betapa beratnya beban pekerjaan karena termotivasi oleh uang bukan
kinerja.
Tapi meski kecewa karena kalah dalam pemilihan, sikapnya
jelas menerima kekalahan ini. Meski punya media ia tidak mau mempersalahkan ini
dan itu, mencari kambing hitam, inilah sikap kenegarawanan yang hampir hilang
pada anak bangsa ini. Luar biasa..
Teladan ini ternyata sedikit banyak diwarisi dari orang
tuanya dalam tulisan yang berkata : “ Ayah saya toh juga selalu mengajarkan
untuk tidak memaksakan kemauan. Asal kita tulus ( lagi lagi tulus) dalam
berusaha, hasil akan datang dengan sendirinya. Kalau bukan jodohnya, ya jangan
dipaksakan. Nanti malah sakit semua.”
Disini juga meski dalam kekecewaan nampak Azrul dapat
menampakkan sosok yang mampu mengendalikan emosi dan perasaan (kecerdasan
emotional) melalui ungkapan : “Daripada berpikir negatif, saya memfokuskan
pikiran ke hal hal happy yang mewarnai
kiprah saya. Selama bertugas sebagai komisioner ia mendapati banyak teman,
banyak pengalaman, banyak cerita positif. Benarlah ungkapan yang berkata :
Meski situasi negatif tetapi bila kita
peka maka kita akan selalu dapat melihat
sisi positif.
Meski sudah dan akan mengakhiri tugasnya namun ayahnya
berpesan: Akhirilah dengan baik. Ini tentu berlawanan dengan banyak pemimpin
yang karena sudah tahu akan berakhir tugasnya, maka tidak termotivasi lagi,
asal asalan, bahkan meninggalkan hal hal tidak baik saat mengakhiri masa tugas.
Komentar