Renungan Efesus 5 : 8-10 ; Pengkhotbah 5 :7-9
DI sepanjang minggu yang
berjalan ini dalam suasa perayan GMIM Bersinode yang ke-80 sebagai warga GMIM
Kita merenungkan bagian firman Tuhan dengan Tema Bulanan : Keadilan yang
gerejawi dan Tema mingguan, HIDUP DALAM TERANG BERBUAHKAN KEADILAN.
Belakangan
ini aliran listrik ke rumah kita seringkali diputuskan oleh PLN. Ini menjadi
persoalan klasik yang nampaknya belum dapat diselesaikan. Ketika aliran listrik
dipadamkan banyak orang protes, marah marah dan tidak setuju. Intinya disini
adalah kita tidak ingin hidup dalam
kegelapan, melainkan kita mau hidup dalam terang karena kegelapan akan menghambat aktivitas kehidupan
dan menimbulkan kekhawatiran ,ketakutan, ketidakpastian bahkan membuat hidup kita susah.
Walaupun
demikian manusia kadang kala lebih mencintai
kegelapan . keadaan gelap yang
berkepanjangan kadangkala telah melatih
manusia untuk hidup didalamnya,
contohnya adalah Ketika lampu-lampu menjadi padam, secepatnya kita mengusahakan
adanya penerangan lain agar kita tetap dapat berjalan tanpa khawatir terantuk
dengan benda-benda yang ada di dalam rumah. Tapi cobalah untuk tidak menyalakan
penerangan apapun juga di dalam rumah. Kali pertama, kita cenderung memilih
untuk tetap tinggal di tempat di mana posisi kita berada saat kegelapan itu
datang. Saat harus berjalan, langkah kita penuh kehati-hatian. Tetapi, jika
kita lebih lama lagi tinggal di dalam kegelapan itu, lambat laun kita dapat
ber-adaptasi [menyesuaikan atau mencocokkan diri] dengan keadaan gelap itu.
Mata kita akan terbiasa dengan kegelapan dan kita dapat melangkah lebih yakin
dari sebelumnya, karena keadaan gelap yang berkepanjangan itu telah melatih
kita untuk hidup didalamnya.
Firman
Tuhan menjelaskan bahwa mereka yang diam di Efesus dahulunya hidup di dalam
kegelapan dengan rupa rupa perbuatan kecemaran yang membuat hidup kehilangan
makna. Mereka telah terbiasa dan terlena
dengan jalan hidup yang berdosa . Perbuatan kegelapan inipun kita baca dalam
konteks pengkhotbah 5 :7-9. Paling tidak ada
3 hal yang diangkat tentang kondisi
manusia yang gelap yaitu : menindas orang miskin, memperkosa keadilan
dan mendewakan kekayaan.
Kondisi
ini membuat Manusia menjadi homo homini lupus atau manusia adalah serigala bagi
manusia lain. Dalam ungkapan lain
manusia seringkali menjadi
serigala yang selalu menerkam dengan
cara apapun demi keuntungan pribadi meski mengorbankan orang lain, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya
memperbudak yang miskin, yang berkuasa memperkosa keadilan.
Semua
ini telah merusak citra dan gambar diri manusia yang diciptakan segambar dan
serupa dengan Allah.
Ini mengakibatkan manusia tidak hanya
kehilangan makna dan tujuan hidup tetapi
juga kehilangan arah pengharapan ke depan . Berbagai perbuatan yang mereka lakukan
membuat murka Allah dan selayaknya mereka akan mendapatkan penghukuman.
Semua hal itu terjadi karena sebelumnya mereka tidak mengenal Kristus Yesus
yang membawa terang kedalam hidup mereka. Intinya mereka sangat membutuhkan
terang cahaya kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari Kristus.
Namun
dalam konteks Efesus perbuatan kegelapan yang mereka lakukan adalah
masa lalu , kasih Tuhan telah menjamah hamba hamba pelayannya yang mau
melakukan tugas penginjilan dan pemberitaan Firman Tuhan yang tak kenal lelah ,
tak kenal menyerah dan mau berkorban bagi orang lain demi berita Injil, .
Berita Injil mereka sebarkan di Efesus dan oleh perbuatan Roh Kudus sekarang
mereka telah berpindah dari gelap ke terang.
Terang inilah yang dibutuhkan manusia dari masa ke masa, terang yang sesungguhnya bukan hanya terang yang biasa kita lihat. terang itu merupakan hasil karya penciptaan yang pertama, namun manusia dapat menikmati terang jika bergantung pada Tuhan sendiri. Kepercayaan seperti ini juga diteguhkan oleh Nabi Yesaya yang berkata: ''Bagimu matahari tidak lagi menjadi penerang pada siang hari dan cahaya bulan tidak lagi memberi terang pada malam hari, tetapi Tuhan akan menjadi penerang abadi bagimu.'' (Yesaya 60:20)
Dalam firman yang ditujukan
kepada umat di Efesus, Paulus menegaskan jikalau mereka sekarang adalah terang
di dalam Tuhan, maka nampakkanlah perbuatan, sikap dan cara hidup seperti
anak-anak terang.
Anak anak terang akan dapat dengan mudah diketahui kualitasnya
melalui buah yang dihasilkan. Dari buah yang dihasilkan orang kita dapat
menilai apa yang tersembunyi dalam hatinya. Hati yang telah diterangi kasih
Kristus seharusnya berbuah cahaya terang yang menerangi kegelapan
disekelilingnya. Pengaruh terang bagi kehidupan itu akan memunculkan kebaikan,
keadilan dan kebenaran. Ketiga hasil atau buah terang itulah yang akan
mendukung kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiaan manusia.
Sekarang dalam konteks kita sebagai warga negara Indonesia. Kita
menyaksikan kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh masalah . Korupsi dan
ketidakadilan terus kita dengar dan jumpai. Rakyat menjadi korban oleh
perbuatan oknum pejabat yang memperkaya diri sendiri. Hari demi hari dipenuhi
dengan berita penangkapan KPK akibat keserakahan dan penyalagunaan kekuasaan
sementara hutang negara semakin membengkak setiap tahun. Belum lagi Angka
kemiskinan terus meningkat.
Disini juga Tuhan menempatkan
kita sebagai warga gereja untuk hidup
dan berkarya di tanah Minahasa ini , diinjili dan mengenal Yesus melalui
pelayanan Gereja Masehi Injili Minahasa yang telah bersionde ke-80. Kita
melihat disekitar kita masih banyak kegelapan disana sini. Masih banyak saudara
saudara kita yang hidup dalam kegelapan , mungkin keluarga kita terdekat,
mungkin teman dan sahabat kita, mungkin tetangga kita yang sementara berjalan
dalam kegelapan karena hidup jauh dari persekutuan dengan Tuhan. Mereka
membutuhkan terang dan siap yang mau pergi untuk mereka. Kalau saja Rasul
Paulus tidak pergi memberitakan Injil di Efesus maka pasti mereka tetap hidup
dalam kegelapan. Demikian juga kita yang sudah hidup dalam terang dipanggil
untuk membawa terang itu menyinari kegelapan supaya semuanya dalam kebersamaan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Tuhan memanggil manusia untuk hidup dalam terang-Nya, Dalam
dinamika hidup dengan tantangan dan persoalan, saat suka dan duka, dalam setiap
tugas aktivitas, mata pencaharian dimanapun kita pergi dan berada marilah kita mengarahkan diri pada Sang Terang itu,
sehingga kehidupan ini dipenuhi dengan kebaikan, keadilan dan kebenaran.
Komentar