KHOTBAH HARI KENAIKAN TUHAN YESUS , 5 MEI 2016
Dasar Firman : Kisah Para Rasul 1 :6-11
Hari ini seluruh umat
Kristiani di seluruh penjuru dunia memperingati hari kenaikan Yesus Kristus ke
Sorga. Perbedaannya adalah di negara kita pemerintah memberikan penghargaan
khusus dengan menetapkan setiap hari Kenaikan Tuhan Yesus sebagai libur nasional
melalui tanggal merah. Peringatan
Kenaikan Tuhan Yesus mungkin tidak dirayakan dengan penuh semarak oleh umat
Kristiani, seperti Natal ataupun Paskah namun tentu bukanlah persoalan semarak
atau tidaknya kita dalam memperingati suatu peristiwa, namun kesadaran akan
pentingnya makna peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke Sorga bagi umat manusia.
Secara sinodal hari ini
juga dijadikan sebagai Hari Persatuan Wanita Kaum Ibu GMIM menyampaikan syukur
melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan. Namun rasa syukur ini bukan hanya
dinampakkan melalui keikutsertaan dalam berbagai kegiatan tetapi juga bagaimana
kita melakukan evaluasi bahkan introspeksi diri untuk memperkuat keutuhan persekutuan,
kesaksian dan pelayanan gereja di tengah hempasan zaman yang penuh persoalan.
Faktanya, hidup kita sebagai orang
Kristen masih diliputi berbagai persoalan baik persoalan pribadi, persoalan keluarga,
persoalan jemaat dan persoalan masyarakat.
Bacaan kita hari ini menjelang kenaikan Tuhan
Yesus kesurga pun sangat jelas ada masalah dan persoalan yang terjadi.
Pertanyaan para murid yang berkumpul dalam ayat 6 melalui ungkapan : Tuhan
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel? Sangat jelas
menunjuk pada persoalan yang perlu dipulihkan dan dicarikan jalan keluar. Pertanyaan
ini memberi tanda adanya keprihatinan terhadap situasi sosial dan pemerintahan
yang tidak mendatangkan kesejahteraan dan damai sejahtera bagi masyarakat.
Bagi
kita warga gereja saat ini , khususnya Wanita Kaum Ibu dan kaum perempuan juga
tidak lepas dari berbagai persoalan dalam rumah tangga dan juga keprihatinan
dengan realita kehidupan sekarang ini. Kekerasan dalam rumah tangga korbannya
kebanyakan adalah perempuan, pelecehan seksual banyak menimpa kaum perempuan,
persoalan ekonomi, kesulitan mendapatkan akses atau kehidupan yang layak,
ketidakadilan, kenakalan anak, belum lagi persoalan kesehatan perempuan yang
banyak mengalami gangguan dengan munculnya berbagai macam penyakit ganas
seperti kanker menambah banyak daftar persoalan dewasa ini.
Seperti
murid murid maka pertanyaan kita sekarang mungkin sama yaitu :Tuhan maukah
engkau memulihkan kami?
Sikap
murid murid untuk bertanya kepada Yesus memang sangat tepat dan tidak salah
karena tidak ada jalan yang terbaik untuk keluar dari persoalan selain datang
kepada Tuhan Yesus. Tetapi bisa saja apa
yang kita tanyakan , apa yang kita minta bukan itu yang dijawab oleh Tuhan.
Karena memang firman Tuhan berkata : rancanganKU bukanlah rancanganMu, jalanKU
bukanlah jalanMU.
Murid
murid meminta pemulihan kerajaan Israel tapi Tuhan menjawab Engkau tidak perlu
mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya.
Disini
mengandung makna yang dalam bahwa kalau hanya memulihkan kerajaan Israel itu
bukanlah perkara yang sulit bagi Tuhan. Menghancurkan belenggu dan penindasan
kerajaan Romawi bukanlah persoalan sulit bagi Tuhan. Memulihkan harkat dan
martabat kerajaan Israel mudah saja bagi Tuhan. Dalam sekejap mata saja dengan
kemahakuasaan dan kebesaran Tuhan semuanya dapat dilakukan. Tapi Tuhan tidak
mau seperti itu. Tuhan tidak mau membentuk umatnya menjadi umat yang gampangan,
Cuma suka cari jalan pintas, umat yang pemalas, umat yang tidak berbuat apa apa
Cuma tahu meminta dan meminta .
Tuhan mau umatNya juga ada usaha untuk
mengatasi dan keluar dari persoalan . Tuhan mau umatnya berusaha dan berbuat .
Tuhan mau umatNya juga bukan hanya bisa meratapi persoalan dan masalah yang
terjadi tapi bagaimana upaya dan usaha keluar dari berbagai persoalan dan
problematika hidup. Tuhan mau umatnya menjadi umat yang kreatif yang tidak
tinggal diam, tidak tenggelam , masa bodoh dan pasrah mengalami persoalan tapi sebaliknya aktif berupaya untuk keluar
dari kungkungan persoalan.
Satu
hal yang luar biasa sebagaimana dalam ayat 8 bahwa dalam usaha dan upaya kita,
dalam perjuangan kita Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri tetapi kamu akan
menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu. Tuhan bukanlah Allah yang
hanya memberi perintah , Tuhan tahu apa kelemahan kita , Tuhan tahu kebutuhan
kita dan Ia menyediakan penolong bagi kita yaitu Roh Kudus untuk melakukan apa
yang dikehendakiNya.
Pada
ayat 9 Yesus kemudian terangkat ke sorga dan pengalaman ini adalah pengalaman
langkah yang dialami para murid, yang hanya bisa disaksikan oleh orang orang
terpilih. Kejadian spektakuler dan sangat langkah ini dalam sekejap membuat
murid murid terpesona, terkagum dan seolah tidak mau beranjak dari tempat
berdiri. Sampai kemudian mereka harus diingatkan oleh dua orang yang berpakaian
putih. Barangkali situasinya sama ketika kita terpesona dan terkagum dengan
sesuatu tiba tiba seseorang mengagetkan kita dan kita kembali ke alam sadar
begitulah yang terjadi pada para murid yang segera disadarkan oleh dua orang
berpakaian putih bahwa Dia yang terangkat ke sorga akan datang kembali dengan
cara yang sama. Yesus telah naik kesorga , tugas dan karyaNya di dunia telah
selesai. Namun apakah dengan naiknya Tuhan Yesus dengan cara ajaib ke sorga
berarti selesai sudah semuanya seperti film yang sudah selesai diputar
episodenya. Tentu saja tidak. Tugas pelayanan, pemberitaan Injil , kesaksian
kini dipercayakan Tuhan kepada murid
murid dan sekarang ini dilanjutkan oleh kita semua sebagai warga gereja yang
bersaksi, bersekutu dan melayani Tuhan.
Menjadi
saksi Kristus itulah perenungan kita di hari Kenaikan Tuhan Yesus ini. Dalam
sebuah pengadilan kita tahu betapa pentingnya saksi saksi yang dihadirkan.
Kehadiran saksi akan menjadi masukan penting bagi Hakim untuk menjatuhkan
putusan. Namun meski para saksi sudah disumpah bisa saja ia memberikan
kesaksian palsu, kesaksian yang tidak sesuai dengan fakta. Akibatnya sangat
buruk yang salah bisa jadi benar, yang benar bisa jadi salah.
Demikian
juga dalam posisi kita sebagai saksi Kristus, bisa saja kita tidak memberikan
kesaksian yang benar sebagai murid Tuhan, malahan justru kita memberikan
kesaksian palsu melalui cara hidup yang tidak berkenan kepada Tuhan dan
akibatnya bukan menjadi berkat malahan menjadi sumber masalah dan persoalan di
tengah keluarga, jemaat dan masyarakat. Apalagi sebagai Wanita Kaum Ibu GMIM
yang kadangkala terjebak dengan ucapan, perkataan, sikap yang tidak dapat menunjukkan
kehidupan sebagai saksi Tuhan.
Harapan
kita lewat Hari Kenaikan Tuhan Yesus dan Hari Persatuan Wanita Kaum Ibu GMIM
dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya simbol dan rutinitas
yang tidak mengubah realitas MELAINKAN Kehadiran
Wanita Kaum Ibu GMIM dimanapun ia pergi dan berada akan membawa sukacita yang
membawa dampak positif dalam kehidupan keluarga, membawa seisi keluarga semakin
taat kepada Tuhan.
Semoga
pemaknaan dan perenungan saat ini
akan membuat kita semua bersedia dan mau
dipakai Tuhan lewat kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi yang selalu terpanggil
menceritakan segala kebaikan Tuhan lewat Injil karena Tuhan Yesus pasti akan
datang kembali bukan lagi sebagai bayi tapi IA akan datang sebagai Raja,
sekaligus sebagai Hakim yang akan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya
dan berbahagialah yang Ia dapati SETIA menjadi saksiNya. AMIN
Komentar